Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Kematian di Atas Persaksian
Kamis, 05 September 24
***

Soal :

Penanya mengatakan, ‘Orang yang mengucapkan syahadat (persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah) sebelum kematiannya, apakah ia masuk dalam sabda Rasulullah Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó :


ãóäú ßóÇäó ÂÎöÑõ ßóáÇóãöåö ãöäó ÇáÏøõäúíóÇ áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ ÏóÎóáó ÇáúÌóäøóÉó


Barang siapa akhir perkataanya dari (kehidupan) dunia adalah áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ niscaya ia masuk Surga [1] ?

Jawab :

Syaikh ÑóÍöãóåõ Çááåõ menjawab, “Apabila seseorang mengucapkan áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ pada saat kematiannya, di mana ia menyakini (kebenaran) kalimat tersebut di dalam hatinya, maka sesungguhnya orang tersebut masuk ke dalam cakupan hadis tersebut. Akan tetapi, hendaknya diketahui bahwa nash-nash yang bersifat umum yang terkait perihal seseorang akan masuk Surga atau seseorang akan masuk Neraka tidaklah diterapkan atas seseorang tertentu kecuali berdasarkan suatu dalil. Contohnya, (sabda beliau ini)


ãóäú ßóÇäó ÂÎöÑõ ßóáÇóãöåö áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ ÏóÎóáó ÇáúÌóäøóÉó


Barang siapa akhir perkataanya (dari kehidupan dunia) adalah áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ niscaya ia masuk Surga.

Apabila kita mengetahui bahwa orang ini akhir perkataannya saat hendak meninggal dunia adalah áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ, maka kita katakan, ‘diharapkan ia natinya menjadi bagian dari penduduk Surga’. Jadi, diri orang tertentu ini Anda tidak memastikannya (bahwa ia bakal masuk Surga). Tapi, ucapkanlah (terkait orang tersebut), ‘Diharapkan (akan masuk Surga) bilamana ia berada dalam kebaikan’, atau ‘dikhawatirkan (akan masuk Neraka) bilamana ia berada dalam keburukan.’ Karena, hendaknya dibedakan antara hal-hal yang bersifat umum dan hal-hal yang bersifat khusus. Kita bersaksi, mengetahui dan menyakini bahwa setiap orang yang beriman (akan berada) di dalam Surga. Lantas, apakah kita bersiksi untuk setiap orang yang beriman secara personal bahwa ia (akan berada) di dalam Surga ? Jawabannya, ‘Tidak.’ Akan tetapi, apabila kita mengetahui bahwa orang tersebut adalah seorang yang beriman, kita berharap untuknya agar ia nantinya masuk ke dalam Surga. Kita beriman bahwa Allah ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì mencintai orang-orang yang beriman dan Dia ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì (juga) mencintai orang-orang yang berbuat baik. Maka, kalau kita melihat seseorang di mana ia berbuat baik, dan kita melihat seseorang beriman di mana ia melaksanakan kewajiban-kewajiabnnya dan ia pun meninggalkan hal-hal yang diharamkan, maka apakah kita bersaksi bahwa Allah mencintainya ? jawabannya, ‘Tidak.’ karena penentuan secara personal bukanlah penentuan secara umum. Akan tetapi, kita katakan, ‘Kita bersaksi untuk setiap orang yang beriman bahwa Allah ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì mencintainya, dan kita pun berharap semoga orang ini secara personal termasuk orang yang dicintai oleh Allah ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì. imam al-Bukhari di dalam shahihnya telah mengisyaratkan semisal hal ini, seraya mengatakan, ‘Bab : Tidak dikatan : ‘Fulan Syahid (si fulan mati syahid), meskipun ia terbunuh di jalan Allah, maka janganlah Anda mengatakan, ‘sesungguhnya ia syahid (mati Syahid).’ Beliau berdalil untuk hal tersebut dengan sabda Nabi Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó :


ãóÇ ãöäú ãóßúáõæãò íõßúáóãõ Ýöí ÓóÈöíáö Çááøóåö -æóÇááøóåõ ÃóÚúáóãõ Èöãóäú íõßúáóãõ Ýöí ÓóÈöíáöåö- ÅöáøóÇ ÅöÐóÇ ßóÇäó íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÌóÇÁó æóÌóÑúÍõåõ íóËúÚõÈõ ÏóãðÇ Çááøóæúäõ áóæúäõ Ïóãò æóÇáÑøöíÍõ ÑöíÍõ ãöÓúßò


Tidaklah setiap luka yang didapatkan karena berjuang di jalan Allah –dan Allah-lah yang lebih tahu tentang siapa yang terluka karena berjuang di jalan-Nya- kecuali kala hari Kiamat nanti ia akan datang dalam keadaan lukanya memuncratkan darah, warnanya adalah warna darah, sedangkan baunya adalah bau kasturi. [2]

Maka, sabda beliau Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó :


æóÇááøóåõ ÃóÚúáóãõ Èöãóäú íõßúáóãõ Ýöí ÓóÈöíáöåö



dan Allah-lah yang lebih tahu tentang siapa yang terluka karena berjuang di jalan-Nya

ini merupakan sebuah isyarat yang mengisyaratkan bahwa Anda tidak bisa (tidak boleh) bersaksi untuk seseorang tertentu (Anda tidak bisa memastikan bahwa si fulan itu mati syahid). Tapi, hendaklah Anda mengatakan : Allahu A’lam.

Dan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ pernah menyampaikan khutbah, beliau mengatakan, “ Sesungguhnya kalian sering kali mengatakan ‘Si Fulan Syahid’, ‘Si Fulan Syahid.’ Sementara itu tahukah kamu boleh jadi orang itu melakukan demikian dan demikian ? Akan tetapi, ucapkanlah oleh kalian : ‘Barang siapa meninggal dunia atau terbunuh di jalan Allah, maka ia syahid.’ Umar ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ membedakan antara ‘mengungkapkan kata dengan menentukan orang tertentu’ dan ‘mengungkapkan kata dengan ungkapan umum.’

Wallahu A’lam

Sumber :

Fatawa Nur ‘Ala ad-Darb, Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Jilid 1, hal. 79, soal : 44

Catatan :

[1] HR. Ahmad (5/247), Abu Dawud : kitab al-Janaiz, bab : at-Talqin, no. 3116.

[2] HR. al-Bukhari : Kitab adz-Dzabaa-ih Wa ash-Shaid, bab al-Misk, no. 5533




Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatfatwa&id=1961