Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Hari Asyura

Jumat, 12 Juli 24
***

Tidak lama lagi kita akan menjumpai hari nan agung dari hari-hari Allah yang utama. Suatu hari di mana Allah mengistimewakannya dengan tambahan karunia dan ketinggian kedudukannya. Maka, hari tersebut merupakan hari yang memiliki keutamaan nan agung dan kemuliaan sejak dahulu.

Karena hari ini-yang menjadi topik pembicaraan kita- di dalamnya terjadi peristiwa besar yang terkandung di dalamnya pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran ; pada hari itu Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-membinasakan sosok penduduk bumi yang paling melampaui batas, sosok yang paling besar pelanggarannya di antara manusia, dan sosok yang paling banyak kesombongan dan kecongkakannya. Pada hari itu Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- membinasakan manusia yang paling melampaui batas lagi sombong yaitu Fir’aun dan bala tentaranya. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- membinasakan mereka semunya dalam satu waktu secara bersamaan. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- membinasakan mereka semuanya dengan ditenggelamkan. Maka, kebinasaan ini di mana di dalamnya terdapat nikmat terbebaskan dari keburukan Fir’aun dan kesombongannya, mengharuskan adanya kesyukuran kepada Dzat yang telah mengaruniakan kenikmatan nan agung ini dan karunia nan besar ini. Karenanya, Musa-Úóáóíúåö ÇáÓóáÇóãõ-berpuasa sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-.

Kemudian, berlakulah sunnah untuk dilakukan puasa pada hari ini-yakni, hari kesepuluh dari bulan Allah al-Muharram- sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Dan kita akan menjumpai hari ini pada beberapa hari lagi yang akan datang.

Oleh karena ini, termasuk hal baik bila seseorang mengingat-ingat agungnya peristiwa yang terjadi pada hari ini dan hal-hal yang menjadikan disyariatkannya puasa pada hari ini sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dan dalam syariat kita-sebagaimana akan datang penjelasannya- bahwa dengan puasa pada hari tersebut seseorang akan diampunkan dosanya setahun. Keutamaan yang besar ini dikhususkan untuk puasa hari ini yang dilakukan sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Oleh karena itu, termasuk hal yang baik bila seseorang mengingat peristiwa ini sehingga menjadi besar nikmat ini pada diri seseorang dan juga mengetahui betapa agung karunia yang besar ini yang Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- anugerahkan kepada para hamba-Nya.

Fir’aun-tahukah Anda siapa Fir’aun itu ?-, di dalam al-Qur’an disebutkan dengan namanya lebih dari empat puluh kali, dan pada setiap tempat disebutkan namanya disebutkan pula tentang sikap sombongnya, kezhalimannya, kecongkakannya, tindakan melampaui batasnya, tindakannya membuat kerusakan di muka bumi dan kejahatannya. Disebutkan rincian yang cukup banyak tentang kedurhakaan, kezhaliman, kecongkakan, kesombongan, penentangan dan pembangkangan yang teleh menjadi karakter dan sifatnya. Sampai-sampai luar biasanya kecongkakannya, ia mengatakan kepada para pembesar kaumnya,


ãóÇ ÚóáöãúÊõ áóßõãú ãöäú Åöáóåò ÛóíúÑöí [ÇáÞÕÕ : 38]


Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagi kalian selain aku (al-Qashash : 38)

Dan dia pun mengatakan :


ÃóäóÇ ÑóÈøõßõãõ ÇáúÃóÚúáóì [ÇáäÇÒÚÇÊ : 24]


Akulah tuhan kalian yang paling tinggi (an-Nazi’at : 24)


æóãóÇ ÑóÈøõ ÇáúÚóÇáóãöíäó [ÇáÔÚÑÇÁ : 23]


Siapa Tuhan seluruh alam itu (asy-Syu’ara : 23)

Dan ungkapan-ungkapan kekufuran, kecongkakan, penyimpangan dan penentangan yang lainya kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan perendahan terhadap kaumnya.

Padahal ia tengah melihat tanda-tanda kekuasaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- yang agung yang menunjukkan akan ke-esa-an-Nya-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, namun hal itu tidaklah menambah pada dirinya melainkan kecongkakan dan kesombongan, padahal dirinya mengetahuinya. Allah -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- berfirman,


æóÌóÍóÏõæÇ ÈöåóÇ æóÇÓúÊóíúÞóäóÊúåóÇ ÃóäúÝõÓõåõãú ÙõáúãðÇ æóÚõáõæøðÇ [Çáäãá : 14]


Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka menyakini (kebenaran)nya (an-Naml : 14)

Musa-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- telah mengatakan kepadanya (kepada Fir’aun) :


áóÞóÏú ÚóáöãúÊó ãóÇ ÃóäúÒóáó åóÄõáóÇÁö ÅöáøóÇ ÑóÈøõ ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö ÈóÕóÇÆöÑó æóÅöäøöí áóÃóÙõäøõßó íóÇ ÝöÑúÚóæúäõ ãóËúÈõæÑðÇ [ÇáÅÓÑÇÁ : 102]


Sungguh, engkau telah mengetahui, bahwa tidak ada yang menurunkan (mukjizat-mukjizat) itu kecuali Tuhan (yang memelihara) langit dan bumi sebagai bukti yang nyata; dan sungguh, aku benar-benar menduga engkau akan binasa, wahai Fir’aun.” (al-Isra’ : 102)

Yakni, sejatinya di dalam relung jiwamu (wahai Fir’aun) engkau tahu, akan tetapi oleh karena kerasnya penentangan, kecongkakan dan kesombongannya ia mengingkari hal itu dan mengkalim dirinya dengan klaim-klaim tersebut yang sangat berbahaya. Ia menyombongkan diri terhadap kebenaran, memposisikan diri lebih tinggi di atas kebenaran itu, mengingkari ke-rububiyah-an Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, ia mengingkari keberhakan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-untuk disembah. Ia menghinakan akal kaumnya yang mentaatinya. Padahal, dengan sebab ketaatan mereka ini (kepada Fir’aun) mereka akan binasa bersamanya.

Ketika Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-menghendaki kebinasaan sosok yang melampaui batas ini, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-membinasakannya dengan model pembinasan yang menakjubkan, yang di dalamnya terdapat ibrah (pelajaran) bagi orang yang mau mengambil pelajaran dan juga terdapat tanda (tanda kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang mau mengambil nasehat ; di mana Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- memberikan izin kepada Nabi-Nya, manusia pilihan-Nya dan manusia yang diajak bicara dengannya secara langsung untuk berjalan di malam hari, dan Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- mengkhabarkan kepadanya bahwa ia akan dikejar, dan bahwa Fir’aun akan mengikutinya dan akan berupaya menangkapnya. Maka, keluarlah Musa- Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- ke arah laut merah. Dan, Fir’aun pun tahu tentang keluarnya Musa dan orang-orang yang bersamanya. Maka, segera saja Fir’aun perintahkan pasukannya dikumpulkan dan agar para pengikutnya dari segenap penjuru kota-kota dan dari segenap tempat-tempat yang terpencar-pencar berkumpul. Lantas, setelah mereka berkumpul dan terkonsentrasi dan pasukan pun telah berkumpul, ia pun bertolak beserta tentaranya dan perlengkapan perangnya mengejar Musa dan orang-orang yang bersamanya. Ketika Musa sampai di (tepi) laut (Merah itu) dan dua golongan telah saling melihat ; yakni, (pertama) golongan Musa yang sedikit jumlahnya dan tidak memiiliki perlengkapan perang dan tidak pula senjata apa pun dan (kedua) golongan Fir’aun yang besar atau banyak beserta dengan perlengkapan perang dan persenjataan yang banyak dan perbekalan yang banyak pula. Ketika kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa kepada Musa, ÅöäøóÇ áóãõÏúÑóßõæäó (Kita benar-benar akan tersusul). Musuh telah sampai, sementara laut di depan kita, jika kita terus maju melangkah niscaya kita akan tenggelam, sementara musuh itu berada di belakang kita, jika kita tetap diam niscaya mereka akan berhasil menangkap kita, ‘Kita benar-benar akan tersusul’. Maka, kemanakah tempat kita berlari !! Laut di depan kita, sementara musuh telah sampai di belakang kita. Berkatalah Musa- Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- dengan ungkapan kata yang agung, di dalamnya terkandung keimanan dan ketawakalan serta kepercayaan yang penuh kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan percaya akan keagungan janji-Nya,


ÞóÇáó ßóáøóÇ Åöäøó ãóÚöíó ÑóÈøöí ÓóíóåúÏöíäö [ÇáÔÚÑÇÁ : 62]


Dia (Musa) menjawab : “Sekali-kali tidak akan (tersusul) ; sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.“ (asy-Syu’ara : 62).

Ini merupakan ketawakalan yang besar dan kepercayaan diri yang kuat terhadap Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dan barang siapa bertawakkal kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, niscaya Dia -ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- mencukupinya walaupun yang ada di langit dan yang ada di bumi membuat makar terhadap dirinya. Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berfirman,


ÃóáóíúÓó Çááøóåõ ÈößóÇÝò ÚóÈúÏóåõ [ÇáÒãÑ : 36]


Bukankah Allah yang mencukupi hamba-Nya ? (az-Zumar : 36)


æóãóäú íóÊóæóßøóáú Úóáóì Çááøóåö Ýóåõæó ÍóÓúÈõåõ [ÇáØáÇÞ : 3]


Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya (ath-Thalaq : 3).

Musa- Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- pun mendekat ke arah laut dan kepercayaan dirinya dan ketakwaannya kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pun besar. Lalu, Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memerintahkannya untuk memukulkan tongkatnya ke laut. Maka, ia pun memukul laut itu dengan tongkatnya. Terbelahlah laut itu menjadi 12 jalan, tanah laut itu pun menjadi tanah yang kering pada saat laut itu dipukul, tidak ada di jalan itu lumpur, tidak ada pula sifat licin padanya. Begitu pula, air yang tadinya mengalir menjadi tegak berdiri terhenti di antara jalan-jalan ini layaknya berdirinya gunung. Ini merupakan tanda kekuasaan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-yang mempesona.

Lewatlah Musa- Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- dan orang-orang yang besertanya di jalan-jalan ini, sementara di samping kanannya dan di samping kirinya terdapat air yang berhenti layaknya berdirinya sebuah gunung, sedangkan tanah di bawah mereka kering. Musa- Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- dan orang-orang yang bersamanya melewtinya hingga sempurna keluar dari laut itu dari arah yang lain. Lalu, Fir’aun mengejarnya menyusuri jalan dan jejak mereka yang ada di laut itu. Hingga, sampailah Fir’aun dan orang-orang yang bersamanya dari kalangan pasukannya dan persenjataan mereka yang sempurna berada di jalan-jalan ini, tak seorang pun di antara mereka yang masih berada di luar, sementara Musa dan orang-orang yang besertanya telah sempurna keluarnya. Lalu, Allah- Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ- perintahkan laut itu agar kembali sedia kala. Binasalah dia (Fir’aun) dan orang-orang yang bersamanya secara bersama-sama. Ia binasa dengan segala hal yang dibangga-banggakannya. Dulu, ia mengatakan,


æóåóÐöåö ÇáúÃóäúåóÇÑõ ÊóÌúÑöí ãöäú ÊóÍúÊöí [ÇáÒÎÑÝ : 51]


Dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku (az-Zukhruf : 51)

Namun ternyata Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-membinasakan dirinya bersama dengan orang-orang yang besamanya dengan ditenggelamkan ke dalam air.

Maka, ini merupakan tanda kekuasan Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-nan agung yang menakjubkan yang terjadi pada hari ini ; hari kesepuluh dari bulan Allah al-Muharram. Musa-Úóáóíúåö ÇáÓøóáóÇãõ –mendapatkan kenikmatan yang agung, karunia dan pemberian yang besar. Maka, ia pun berpuasa pada hari tersebut sebagai bentuk kesyukurannya kepada Allah Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Kemudian, ketika Nabi kita- Úóáóíúåö ÇáÕøóáóÇÉõ æóÇáÓøóáóÇãõ-datang ke Madinah sebagai seorang yang berhijrah, beliau- Úóáóíúåö ÇáÕøóáóÇÉõ æóÇáÓøóáóÇãõ- melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura-hadis tentang hal ini terdapat di dalam ash-Shahihain dari Ibnu Abbas ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ , maka beliau- Úóáóíúåö ÇáÕøóáóÇÉõ æóÇáÓøóáóÇãõ- mengatakan, ((ãóÇ åóÐóÇ¿)) (apakah ini) ? mereka pun menjawab, ‘ini merupakan hari baik, pada hari ini Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya, lalu Musa berpuasa hari ini sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah.’ Nabi kita- Úóáóíúåö ÇáÕøóáóÇÉõ æóÇáÓøóáóÇãõ- mengatakan,


((ÝóÃóäóÇ ÃóÍóÞøõ ÈöãõæúÓóì ãöäúßõãú))


“Kalau demikian, aku lebih berhak dengan Musa daripada kalian.”

Maka, beliau- Úóáóíúåö ÇáÕøóáóÇÉõ æóÇáÓøóáóÇãõ- berpuasa hari itu dan juga memerintahkan (kepada para Sahabatnya) untuk berpuasa pada hari tersebut. Beliau- Úóáóíúåö ÇáÕøóáóÇÉõ æóÇáÓøóáóÇãõ- berpuasa hari itu sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì- dan beliau pun memerintahkan (kepada para sahabatnya) untuk berpuasa hari tersebut.

Jadi, beliau mengaitkan puasa ini, puasa hari Asyura dengan peristiwa ini yang terjadi pada hari tersebut. Maka, dianjurkan untuk burpuasa pada hari ini pada setiap tahunnya sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah- ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-

Puasa hari ini dianjurkan juga karena datang hadis di dalam shahih Muslim dari Abdullah bin Umar-ÑóÖöíó Çááåõ ÚóäúåõãóÇ –bahwa Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó – bersabda,


((Åöäøó ÚóÇÔõæÑóÇÁó íóæúãñ ãöäú ÃóíøóÇãö Çááøóåö¡ Ýóãóäú ÔóÇÁó ÕóÇãóåõ æóãóäú ÔóÇÁó ÊóÑóßóåõ))


Sesungguhnya Asyura merupakan hari di antara hari-hari Allah. Maka, barang siapa menghendaki berpuasa maka silakan ia berpuasa hari itu, dan barang siapa menghendaki untuk tidak berpuasa maka silakan ia meninggalkannya.

Akan tetapi, disukai bagi seorang Muslim untuk benar-benar bersemangat untuk berpuasa pada hari tersebut agar mendapatkan keutamaan yang besar dengan melakukannya, yaitu berupa pengampunan dosa. Dalam shahih Muslim disebutkan riwayat dari hadis Abu Qatadah-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-bahwa Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


((ÕöíóÇãõ íóæúãö ÚóÇÔõæÑóÇÁó ÃóÍúÊóÓöÈõ Úóáóì Çááøóåö Ãóäú íõßóÝøöÑó ÇáÓøóäóÉó ÇáøóÊöí ÞóÈúáóåõ))


Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah akan menghapuskan (dosa) setahun sebelumnya.

“akan menghapuskan (dosa) setahun sebelumnya” , tentunya yang dimaksud dengan pengampunan dosa di sini adalah selain dosa-dosa besar. Karena, ada beberapa bentuk amalan dalam syariat yang lebih agung daripada puasa Asyura ; di antaranya adalah puasa Ramadhan, shalat Jum’at, dan shalat lima waktu, di mana Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda tentang hal-hal tersebut,


((ÇáÕøóáóæóÇÊõ ÇáúÎóãúÓõ æóÇáúÌõãõÚóÉõ Åöáóì ÇáúÌõãõÚóÉö æóÑóãóÖóÇäõ Åöáóì ÑóãóÖóÇäó ãõßóÝøöÑóÇÊñ ãóÇ Èóíúäóåõäøó ÅöÐóÇ ÇÌúÊóäóÈó ÇáúßóÈóÇÆöÑó))


Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at berikutnya, Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, adalah penebus-penebus dosa yang terjadi di antaranya bila seseorang menjauhi dosa-dosa besar.

Dalam satu riwayat,


((ãóÇ áóãú ÊõÛúÔó ÇáßóÈóÇÆöÑõ))


Selagi dosa-dosa besar tidak dilakukan

Dengan ini, diketahuilah bahwa dosa-dosa besar (agar terampunkan) maka harus ditaubati.


Åöäú ÊóÌúÊóäöÈõæÇ ßóÈóÇÆöÑó ãóÇ Êõäúåóæúäó Úóäúåõ äõßóÝøöÑú Úóäúßõãú ÓóíøöÆóÇÊößõãú æóäõÏúÎöáúßõãú ãõÏúÎóáðÇ ßóÑöíãðÇ [ÇáäÓÇÁ : 31]


Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kalian dan akan Kami masukkan kalian ke tempat yang mulia (Surga) (an-Nisa : 31)

Jadi, sabda beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-,


((ÃóÍúÊóÓöÈõ Úóáóì Çááøóåö Ãóäú íõßóÝøöÑó ÇáÓøóäóÉó ÇáøóÊöí ÞóÈúáóåõ))


aku berharap kepada Allah akan menghapuskan (dosa) setahun sebelumnya

Yang dimaksudkan dengan hal tersebut adalah dosa-dosa kecil, yakni, dosa-dosa selain dosa besar.

***

Terkait dengan puasa hari ini (hari Asyura) ; datang keterangan di dalam sunnah dari Nabi kita Muhammad-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bahwa hendaknya dilakukan puasa juga pada satu hari sebelumnya (yaitu, hari kesembilannya). Di dalam shahih Muslim dari Ibnu Abbas-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-bahwa Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


((áóÆöäú ÈóÞöíÊõ Åöáóì ÞóÇÈöáò -Ãí ÇáÚÇã ÇáÞÇÏã- áóÃóÕõæãóäøó ÇáÊøóÇÓöÚó))


Jika aku masih hidup sampai tahun mendatang, niscaya aku akan berpuasa hari kesembilan.

Yakni, bersama dengan puasa hari kesepuluh. Sehingga berpuasa dua hari ; hari kesembilan untuk menyelisihi orang-orang Yahudi, dan hari kesepuluh agar mendapatkan keutamaan itu, yakni, keutamaan hari nan agung ini.

***

Seyogyanya setiap muslim tahu akan agugnya kedudukan hari ini, dan hendaknya pula menyambutnya dengan baik dan bersiap diri untuk meraih besarnya apa yang dijanjikan oleh Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pada hari ini. Bergegas melakukan ketaatan nan agung ini dengan bersungguh-sunggguh di dalam menyempurnakannya. Karena, hendaknya kita tahu bahwa manusia dalam pelaksanaan puasa mereka bertingkat-tingkat, sebagaimana pula dalam pelaksanaan shalat mereka, mereka bertingkat-tingkat dalam kesungguhan dan penyempurnaannya. Sebagaimana keadaan mereka ketika melakukan berbagai bentuk keataan pada umumnya, mereka bertingkat-tingkat dalam hal kesungguhan dan penyempurnaannya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang yang berpuasa Asyura bersungguh-sungguh untuk menyempurnakan puasanya hingga pahala dan ganjarannya menjadi besar. Sungguh telah datang di dalam hadis yang shahih bahwa Nabi kita-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-pernah ditanya tentang puasa dan amal ketaatan yang lainnya. Ditanyakan kepada beliau tentang puasa, ‘Siapakah orang-orang yang berpuasa yang akan mendapatkan pahala paling besar ?’ beliau menjawab,


((ÃóßúËóÑõåõãú áöáøóåö ÐößúÑðÇ))¡


Siapa di antara mereka yang paling banyak mengingat Allah.

Dengan demikian, upaya menyempurnakan amal puasa adalah dengan memperbanyak dzikir (mengingat dan menyebut AllahÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì--) saat berpuasa. Juga dengan menjauhkan diri dari teriak-teriak. Karena itu, seorang yang berpuasa hendaknya ia tidak berteriak-teriak.


((ÅöÐóÇ ßóÇäó íóæúãõ Õóæúãö ÃóÍóÏößõãú ÝóáóÇ íóÑúÝõËú æóáóÇ íóÕúÎóÈú ÝóÅöäú ÓóÇÈøóåõ ÃóÍóÏñ Ãóæú ÞóÇÊóáóåõ ÝóáúíóÞõáú Åöäøöí ÇãúÑõÄñ ÕóÇÆöãñ))


Pada hari salah seorang di antara kalian berpuasa janganlah ia berbicara seronok, dan jangan pula berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengajaknya bertengkar, maka ucapkanlah (kepadanya) ‘sesungguhnya aku seorang yang tengah berpuasa.’

Dalam hadis lainnya, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


((ãóäú áóãú íóÏóÚú Þóæúáó ÇáÒøõæÑö æóÇáúÚóãóáó Èöåö ÝóáóíúÓó áöáåö ÍóÇÌóÉñ Ýöí Ãóäú íóÏóÚó ØóÚóÇãóåõ æóÔóÑóÇÈóåõ))


Barang siapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan (tetap) melakukannya, maka Allah tidak memiliki hajat bahwa orang itu meninggalkan makanan dan minumannya.

Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim bersemangat untuk berpuasa hari Asyura dan sehari sebelumnya, dan pada saat yang sama hendaknya pula bersemangat untuk menyempurnakan puasa tersebut, dan memperbanyak melakukan ketaatan dan dzikrullah (mengingat dan menyebut Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-). Juga, bersemangat menjaga puasa tersebut dengan menjauhkan diri dari perkara-perkara yang akan dapat menciderainya atau mengurangi atau menyempitkan pahala dan ganjarannya. Sehingga, dengan hal tersebut ia benar-benar akan mendapatkan keuntungan berupa pahala hari nan agung ini dan ganjarannya yang berlimpah.

Kita memohon kepada Allah Dzat yang Maha Dermawan, Rabb Arsy yang agung, dengan menggunakan nama-nama-Nya yang terindah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi ... semoga mengaruniakan kepada kita pahala dan ganjaran hari ini. Semoga pula menyampaikan kita pada kemampuan melakukan puasanya sesuai dengan apa yang diridhai-Nya. Semoga pula menolong dan membantu kita pada hari itu dan pada setiap hari-hari kita yang lainnya untuk dapat mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan memperbagus ibadah kepada-Nya. Semoga pula Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memperbaiki keadaan kita seluruhnya dan tidak menyerahkan kita kepada diri kita sendiri sekejap mata pun juga.

Semoga shalawat dan salam tercurah kepada hamba dan utusan-Mu, Nabi kita Muhammad beserta segenap keluarga dan para sahabatnya semuanya.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :

Yaumu ‘Asyura, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin al-Badr-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ ÊóÚóÇáóì-. Dengan ringkasan

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1075